Bone, batarapos.com – Dugaan pungutan liar (Pungli), dilingkup Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), Mattolapalallo, Desa Tenripakkua, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone mencuak.
Dari hasil investigasi media batarapos.com diwilayah ini selama sepekan telah berhasil mendapatkan keterangan dari sejumlah orang tua siswa secara acak.
“Saya lupa berapa, karena saya bayar sekalian sama seragamnya, karena masih ada seragamnya belum lunas jadi nakasih jumlah semua mi (Sekitar), tujuh ratus ribu lebih semuanya. Tapi kalau yang sudah lunas seragamnya lebih ji lima ratus ribu rupiah (Dibayar), dia sendiri yang catatkan. Kalau memang harus mau diapa? Bukan pembayaran ijazah semua itu, karena ada juga pembayaran seragam satu (paket), biru putih, SPP, Uang fhoto“, beber orang tua siswa Jumat, (30/10/2020).
“Sudah mi saya bayar karena ada uang tabungannya lebih satu juta seratus selama 2 tahun sekolah sekitar empat ratus ribu rupiah nakasi kembali. Ada semua mi disitu, uang bulanan, seragam, ijazah dan fhoto”, tambah orang tua siswa lainnya.
Menabung lagi (anak-anak), supaya tidak susah lagi dibayar kalau ada tabungannya anak-anak. Kepala sekolah yang dikasih uang, karena dia ji yang pegang uang tabungannya.
“Enam ratus ribu lebih, saya lupa mi (Keseluruhan), karena saya langsung bayar sama seragamnya. Karena belum lunas jadi sekalian mi, ada semua mi disitu. Uang SPP, seragam sekolah, uang ijazah. Kalau uang SPPnya sepuluh ribu per bulan, tapi sekarang (tahun 2020), sudah dua puluh ribu mi per bulan. Sebenarnya beda-beda, kadang juga satu tahun belajar, ada juga sampai dua tahun“, jelas orang tua siswa.
Namun berbeda yang dialami oleh orang tua siswa inisial (MI), saat dikonfirmasi di rumahnya Kamis,(12/11/2020) mengakui ia hanya mendaftarkan anaknya saja sebagai peserta didik baru tanpa proses belajar mengajar.
“Sudah mi saya ambil (Ijazahnya), melalui ibu gurunya. Kalau pembayarnya (Sekitar), Rp. 770.000 saya bayar. Dia kan tidak pernah sekolah, langsung saja nabayar. Sudah nakasih masuk (mendaftar), dulu pas saya ke Serawak ikut juga (Anak saya), karena belum bisa masuk TK (Waktu itu). Lebih Satu Tahun disana, pas pulang dari Serawak adami Corona langsung mi dibayar keluar juga ijazahnya”, jelas MI. (Yusri).