22 November 2024, 6:41 pm

Warga Sekitar Melihat Proyek Bendungan 2 M Turucinnae Lamuru Bone Pemborosan Anggaran


Bone, batarapos.com – Keberadaan pembangunan proyek bendungan senilai 2 milyar rupiah di Desa Turucinnae, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kini jadi perbincangan masyarakat umum tidak ketinggalan yang berdomisili pada wilayah setempat. Mereka menilai anggaran APBD pada tahun 2021 sebesar itu terkesan pemborosan pada keuangan Negara.

Masyarakat Kecamatan Lamuru, Desa Turucinnae disekitar proyek bendungan mengetahui persis kondisi sungai Dua Buccoe yang menjadi titik pembangunan irigasi untuk persawahan, dimana menyadari bahwa aliran sungai dua buccoe kerap mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba dan telah menjadi langganan setiap tahunnya.

Sehingga tidak habis fikir terhadap rencana maupun program pemerintah Kabupaten Bone dalam mengkaji hingga merealisasi proyek tersebut terlebih harus menganggarkan dengan anggaran tambahan baru nantinya.

Berikut sejumlah tanggapan masyarakat yang membeberkan fakta kongkrit kondisi sebenarnya aliran sungai Pembangunan Jaringan Irigasi Permukaan, khususnya pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Turucinnae yang berlokasi Desa Turucinnae, Kecamatan Lamuru.

Rata-rata tanggapan mereka menilai air aliran sungai memiliki debit air yang sangat kecil pada proyek ini sehingga tidak dapat diandalkan mampu memenuhi kebutuhan kebanyakan para petani sekitar.

Baru ini tidak kering sungai karena sering hujan, biasanya kalau lima hari tidak hujan sudah tidak ada lagi air mengalir. Disitu ji biasa ada air tertampung (teppo jompie dalam jumlah kecil) lokasi bendungan, dibawahnya (sumber aliran air terkadang) itu sudah kering ini sungai“, beber Rustang sebagai contoh warga Turucinnae, Dalam keterangannya.

Warga setempat tersebut juga menggambarkan proyek bendungan yang berlokasi tempo jompie salo dua buccue, Desa Turucinnae, Kecamatan Lamuru tersebut nantinya diperkirakan bakal mengairi lahan persawahan masyarakat kelompok tani Mancengeng maupun kelompok tani Tanah Lotonge.

Bercabang nanti ini ujungnya irigasi, ada yang menuju (persawahan masyarakat) Tanah Lotonge ada juga (persawahan) Mancengeng, untuk tahun lalu (Tahun 2021) kan sudah habis katanya anggaranya jadi sampai (sekitar) 600 meter saja saluran irigasinya dikerja dulu”, paparnya.

Berbicara kebutuhan air, sejumlah masyarakat lainnya dari Tanah Lotonge juga merasa optimis proyek pemerintah Kabupaten Bone ini bakal berhasil memasok air dalam jumlah debit yang besar bagi para petani. Dimana selama ini telah ada upaya usaha dari petani sendiri untuk mendapatkan pasokan air dan sudah memiliki hasil.

Yaitu dengan cara tadah hujan untuk bercocok tanam. Begitu juga kelompok Tani Mancenge, namun sebahagian petani diwilayah ini memilih untuk mengeluarkan biaya pribadi menggunakan kompanisasi melalui mesin bor tanam di tengah sawah mereka untuk kebutuhan air dilahan persawahan mereka.

Kami disini (kelompok tani Tanah Lotonge) hanya tanam jagung saja, Kalau di Mancengeng (Kelompok tani Mancengeng) masih bisa tanam padi, ada mesin bor nya disawah jadi lancar airnya tapi itu milik pribadi”, pungkas salah petani Tanah Lotonge yang tidak menyebutkan namanya.

Kalau disini (kelompok tani tanah lotonge) sekitar (luas lahan) lima haktar lebih. Disitu Mancengeng lebih sepuluh haktar karena masih ada belum jadi sawah (tapi) biar dua puluh hektar sawah disitu tidak bisa karena air sungai (Salo Dua Buccoe) sedikit, itu baru deras airnya kalau hujan”, tambahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Sanudding (56) juga dalam konfirmasinya kepada batarapos.com menceritakan jika saat musim penghujan debit air sungai Dua Buccoe sangat deras namun sebaliknya saat musim kemarau aliran sungai ini nyaris tidak terlihat oleh kasat mata.

Kalau musim kemarau sampai disitu saja air tertampung (dalam bobot debit air yang jumlahnya sedikit sambil menunjuk arah titik bendungan), dibawahnya (aliran matas sumber air) itu sudah tidak ada air mengalir. Itu ji banyak air kalau (pada) musim hujan (banjir)”, cetusnya dengan bahasa bugis.

Ia menambahkan sejak pekerjaan proyek Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Turucinnae rampung dikerjakan oleh pihak rekanan kontraktor PT. Atta Pratama. Masyarakat sudah menyaksikan saluran irigasi teraliri air dari titik bendungan masuk kedalam saluran irigasi yang telah rampung.

Mengalir airnya kemarin waktu digunakan (pekerja proyek) bikin cor (pengecoran sambungan saluran irigasi) sampai satu jengkal (setinggi telapak tangan) airnya”, terangnya.

Dari hasil penelusuran batarapos.com sumber air proyek Pembangunan Jaringan Irigasi Permukaan, khususnya pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Turucinnae yang berlokasi Desa Turucinnae, Kecamatan Lamuru. Berasal mata air yang dinamakan Teppo Bajue oleh masyarakat dan berlokasi di Dusun Kampung Baru (Ajangale), Desa Turucinnae, Kecamatan Lamuru, alirannya hanya berjarak sekitar kurang lebih 2 KM diatasnya.

Mata air Teppo Bajue tersebut hasil penampungan air yang dibuat oleh usaha masyarakat sekitar, berasal dari air aliran sungai Dua Buccoe. Hasil aliran mata air ini sangat kecil hanya berukuran berkisar sekitar lebar 2 meter menuju titik proyek bendungan.

Melihat kondisinya terdapat bekas bangunan semi permanen pasangan pondasi masih berdiri kokoh seperti bendungan sangat kecil, bahkan sebahagianya dalam kondisi rusak dan menutupi bibir sungai yang dulunya difungsikan masyarakat menampung air sungai untuk keperluan para petani.

Menurut masyarakat, bangunan kecil tersebut dibangun oleh salah satu masyarakat lainnya swbagai sumber aliran mata air proyek bendungan pemerintah kondisinya sangat memprihatinkan dengan jumlah debit air yang sangat sedikit.

Pak Husen yang bangun itu pak, dulu digunakan untuk menampung air sungai (Sungai Dua Boccoe) tapi sekarang sudah rusak, Tidak pernah kering disitu (sungai bajue) hanya debit airnya sedikit“, tutur warga Dusun kampung Baru yang juga tidak menyebut identitasnya.

Sehingga pembangunan proyek bendung bukan tanpa alasan menimbulkan kritikan pedas seperti salah satunya sebut saja inisial (L) (47), dengan menilai bahwa proyek yang rampung dikerjakan tersebut namun belum dapat difungsikan padahal anggarannya sudah sangat besar, bahkan kemungkinan akan mangkrak mengalami gagal fungsi sebagaimana mestinya terhadap banyak para petani.

Yang kayak begitu merugikan negara sebenarnya, pemborosan anggaran ji sebenarnya. Kalau ini saya lihat bisa-bisa macet ini bendungan. banyak sekali mi itu kalau sepuluh hakter sawah teraliri”, ucapnya.

Sebagai warga Dusun Kampung Baru, Desa Turucinnae, juga menunjukkan salah satu bangunan bendungan tua lainnya, dengan usia diperkirakan sekitar 30 tahun, yang lokasinya hanya berjarak 500 meter dari tempat pemukiman penduduk, bahkan kondisinya sudah rusak dan tidak pernah difungsikan lagi oleh petani sejak 5 tahun terakhir.

Menurutnya dana segar dari pemerintah berupa perbaikan sepanjang saluran irigasi bahkan sempat tersentuh pada bendungan yang bernama Bune’e, namun itu diperkirakan warga sepuluh tahun yang lalu. Kelompok tani Mulamenre bahkan sempat bercocok tanam padi namun tidak berlangsung lama karena bendungan kembali rusak.

Dimana saluran irigasi sepanjang kurang lebih 1 KM menuju lahan persawahan salah satu kelompok tani seperti Mulamenre telah mengalami keretakan hingga kebocoran dibeberapa titik sehingga airnya terbuang kembali ke aliran sungai.

Padahal bendungan Bune’e tersebut mampu mengairi lahan kelompok tani sekitar 30 haktar secara keseluruhan.

Pernah dianggarkan kurang lebih 10 tahun yang lalu berupa pemeliharaan irigasi dan airnya sudah lancar sampai ke lahan persawahan masyarakat bahkan (waktu itu) saya sempat 3 kali kayaknya tanam padi. (atau) tiga kali musim panen. Selebihnya itu tidak berfungsi lagi (akibat) saluran irigasi banyak yang retak dan bocor hingga terbuang kesungai kembali airnya”, tandasnya.

Saat ini menurutnya, masyarakat Dusun Kampung Baru hanya bisa mengelus dada, lahan seluas 30 haktar tersebut tidak bisa difungsikan lagi untuk bercocok tanam padi dan hanya bisa bercocok tanam jagung saja dari sejak 5 tahun lalu.

Dulu (waktu Saluran irigasi berfungsi pasca perbaikan) masyarakat bisa bercocok tanam jagung dan padi, tergantung kondisinya. Sekarang hanya jagung terus saja bisa ditanam“, jelasnya.

Bahkan jelasnya lagi pada tahun sebelumnya, lokasi bendungan ini sering didatangi oleh rombongan dinas terkait untuk melakukan survei namun sampai hari ini belum juga ada realisasi untuk perbaikan.

Sudah lebih lima tahun masyarakat tidak pernah tanam padi (bercocok tanam) lagi. Seandainya lancar air kami memilih bercocok tanam padi karena ini makanan pokok kita. Cuman ini tidak bisa, terpaksa kita tanam jagung saja”, tutupnya.

Kepala Desa Turucinnae H.A.Nurdin seperti dalam konfirmasinya mengatakan proyek bendungan tersebut dibangun untuk mengairi persawahan-persawahan bahkan akan melintasi wilayah dua Desa seperti Desa Turucinnae dan Desa Padaelo.

Ia juga menepis penilaian sejumlah masyarakat terhadap proyek pembangunan irigasi bendungan melalui Dinas Sumber Daya Air Dan Bina Kontrustruksi Kabupaten Bone.

Itu cuma omongan masyarakat, saya sendiri turun melihat kondisi dilapangan,” cetusnya.

Sementara Aparat Penegak Hukum (APH) Kejaksaan Negeri Watampone Cabang Lappariaja Arifuddin Ahmad, SH, MH juga telah berhasil dikonfirmasi batarapos.com, mengatakan bahwa pihaknya telah turun kelapangan melakukan peninjauan lokasi proyek pembangunan bendungan yang dalam kondisi saat ini tidak rampung. Selasa (15/2/2022).

“(Laporan) sudah ada masuk ini, sementara full data, kita juga sudah melakukan peninjauan lokasi, dan kini dalam lidik” pungkas Kacabjari Arifuddin Ahmad, SH, MH.

Tim batarapos.com/Zul/Yusri

BERITA TERKAIT

TRENDING

JARINGAN SOSIAL

3,001FansSuka
263PengikutMengikuti
53PengikutMengikuti
3,190PelangganBerlangganan