Bone, batarapos.com – Seperti diketahui, di Desa Gaya Baru, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone sendiri, rupanya masih terdapat dua Dusunnya hingga saat ini belum juga menikmati aliran listrik.
Kedua Dusun tersebut yakni Dusun Urappai, dan Dusun Polewali yang merupakan daerah terisolir dari Desa Gaya Baru yang berada persis ditengah pelosok hutan dengan jarak tempuh sekitar 7 kilo meter dari ibu kota Kecamatan.
Selain daerah terisolir, akses jalan menuju lokasi wilayah ini pun sangat ekstrim, bahkan diperkirakan bagi kendaraan roda empat tidak bisa terakses akibat jalan yang sempit.
Berdasarkan hasil pantauan langsung batarapos.com Senin, (2/11/2020) dengan melintasi jalan dilokasi ini sepanjang kurang lebih 7 kilo meter hingga ke Dusun Urappai.
Disepanjang jalan ini pula, hanya di Dusun Tete terlihat bangunan fisik berupa rabat beton kurang lebih 1 kilo meter dengan anggaran Dana Desa yang cukup memadai terakses oleh kendaraan roda empat begitu pula kendaraan roda dua.
Selebihnya sepanjang jalan ini hanya terlihat bekas pembukaan jalan baru yang dikerjakan puluhan tahun silam. Minimnya anggaran yang dikelola oleh Desa, bisa jadi faktor utama juga hingga Dusun tersebut belum bisa terakses kendraan secara maksimal.
Dilokasi ini pula atau lebih tepatnya di Dusun Urappai, juga terlihat berupa jembatan gantung yang hanya berjaring kawat baja sepanjang kurang lebih 30 meter yang berusia puluhan tahun dengan lantai dari papan kayu.
Dengan kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan rupanya sudah menjadi keluhan serta kecemasan masyarakat setempat dan sudah sepatutnya diperhatikan oleh pemerintah sendiri untuk keselamatan nyawa mereka.
Menurut keterangan warga Dusun Urappai inisial (NE), saat disambangi batarapos.com mengaku bahwa selama ini dan warga lainnya masih sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhanya akibat roda perekonomian mereka nyaris tidak bisa terputar diakibatkan faktor jalan tidak mendukung.
“Kadang hasil (bumi), kita disini ((seperti)), jagung, Kemiri, kewalahan untuk dijual apalagi kalau musim hujan (Bahkan), Naik ojek motor saja keluar dua puluh lima ribu. Saya sering jalan kaki ke pasar Tujue (Ibu kota Kecamatan), untuk membeli kebutuhan rumah tangga. (Dengan), jarak tempuh dua jam perjalanan (Sepanjang kurang lebih 7 KM)”, tuturnya.
“Kami juga kesulitan air disini, itu saja (mata air), dikasih selang baru berapa rumah disini (Gunakan), Kalau yang jauh tidak dapat mi (air), itu saja kendala kami. Air (Akses), jalan, lampu (Dan), ada juga jembatan disitu. Kalau banjir tidak bisa dilewati. Ada jembatan Gantung tapi takut ki lewat karena rusak papannya (sekitar kurang lebih), tiga belas tahun itu (Dibangunnya), tidak pernah diperbaiki (Oleh pemerintah), warga saja perbaiki kemarin potongkan kayu”, tambah warga inisial (MO dan Mi), dengan bahasa bugis.
Namun dibalik derita warga Desa Gaya Baru selama ini, rupanya mereka masih bersyukur atas bentuk perhatian dari pemerintah yang telah memberikan bantuan secara gratis berupa Tenaga Surya sebagai pengganti listrik.
“Adaji Tenaga Surya kita pakai masing-masing rumah, sebelumnya kami disini pakai lampu pijar dari kaleng bekas dikasi sumbu sama minyak tanah untuk penerangan”, tutup warga lain. (Yusri).