Majene, batarapos.com – Aksi demonstrasi adalah jalan untuk menyuarakan aspirasi dan tuntutan-tuntutan rakyat kepada pemerintah dan wakil rakyatnya.
Namun sangat disayangkan, aksi mulia jika ternodai dalam hal-hal yang dinilai sebagai luapan emosi yang membara dan tak terkendali tentu sangat jauh dari nilai-nilai jati diri bangsa.
Seperti aksi unjuk rasa penolakan penundaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak 2023 di depan Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Majene yang berujung ricuh antara pihak keamanan kepolisian Polres Majene dengan sejumlah Mahasiswa Himpunan Islam (HMI) Cabang Majene yang menerobos gerbang Rujab Bupati Majene pada Rabu (07/06/2023).
Namun setelah aksi, telah beredar video via WhatsApp yang berdurasi beberapa menit terjadi penganiayaan yang diduga dilakukan ajudan Bupati Majene terhadap mahasiswa HMI Cabang Majene.
Dikonfirmasi Jumat (09/06/2023) Ajudan Bupati Majene Putra Jamaluddin menjelaskan, kehadiran dalam aksi demo hanya untuk melerai massa demi melindungi Bupati Majene yang hendak menerima aksi demo.
“Terus terang pak, untuk apa saya melayangkan pukulan terhadap adik-adik mahasiswa, saya hanya menjalankan tugas untuk menjaga keamanan pemimpin, sebagai ajudan Bupati Majene, justru saya yang terkena pukulan,” jelasnya.
Hal ini, dibenarkan seorang warga atas nama Rian yang menyaksikan aksi demo yang sedang berlangsung ricuh.
“Pak ajudan Bupati Majene sama sekali tidak melayangkan pukulan, hanya melerai saja, sehingga seperti terlihat melakukan pemukulan,” terangnya.
Senada juga diterangkan warga lainnya bernama Ammat. Ia juga menjelaskan, pada saat aksi demo berlangsung, Putra Jamaluddin atau ajudan Bupati Majene hanya melerai massa yang sedang ricuh dengan pihak keamanan untuk melindungi Bupati Majene.
“Kan Bupati Majene bersama Gubernur Sulbar ingin menerima dan mendengarkan tuntutan aksi, ya tentu saja sebagai ajudan melindungi pimpinannya, kalau sengaja memukul sama sekali tidak, sesuai yang saya lihat,” akunya.
Tim batarapos.com/Hartono
