20 Oktober 2025, 9:45 am

Breakingnews : Dilaporkan Hasil Rafid Tes Reaktif, Kades di Bone Kabur dari Perawatan

Bone batarapos.com, – Laporan aparat melaporkan seorang lelaki (53), yang merupakan seorang Kepala Desa (Kades) Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone, Sulsel. Adalah pasien yang kabur meninggalkan tempat dan melarikan diri dari perawatan tim medis Puskesmas Kajuara sejak, Senin 18/5/2020, pukul 13.30 Wita. Karena malu dan takut.

Dari kronologis yang berhasil dihimpun sebelum masuk di Puskesmas Kajuara yang bersangkutan berobat di Dokter praktek bernama Dr Sudi, karena demam dan menggigil, setelah sehari kemudian tidak ada perubahan. Dan keesokan harinya, Minggu, 1717/5/2020, berobat di Puskesmas Kajuara dan di Inpus serta Opname (rawat inap) serta dibantu pernapasan.

Keesokan harinya diadakan pengecekan oleh Tim Medis Puskesmas Kajuara yang bersangkutan mengalami gejala seperti Demam Tinggi, Batuk, Sesak Napas.

dan hasil dari Rafid Tes dinyatakan reaktif Covid 19 atau Virus Corona.

Keberadaan pasien yang merupakan Kades di Kecamatan Kajuara akhirnya terdeteksi dan berhasil ditemukan Aparat, dan dilakukan pendekatan kepada yang bersangkutan agar bersedia dirujuk ke Rumah Sakit Dadi Makassar.

“Yang bersangkutan minta waktu untuk Karantina Mandiri selama tiga hari. Apabila setelah tiga hari Karantina Mandiri tidak ada perubahan, maka pasien akan pergi bersama dengan pihak Puskesmas Ke RS.Dadi Makassar untuk di rawat”, berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun batarapos.com malam ini.

Batarapos.com berhasil meminta penjelasan Juru Bicara Tim Percepatan dan Pencegahan Covid-19 (PPC-19) Kabupaten Bone, Yusuf via telepon, Rabu 20/5/2020, malam ini, pukul 21.00 wita, membenarkan informasi tersebut.

“Jadi kemarin saya kesana kunjungi beliau untuk lakukan pemeriksaan swab karena hasil rafidnya reaktif, keadaan umumnya baik sudah tidak demam lagi, tidak sesak dan sesekali batuk kita berharap hasil swabnya keluar mudah-mudahan dia juga cepat sembuh”, pungkasnya.

Benarkah ada gejala sebelumnya terhadap pasien (Kades) tersebut ?

Dia masuk puskesmas itu kan karena demam dan sesak makanya mau dirujuk ke Makassar, karena gejalanya itu, sesaknya itu sampai dapat bantuan pernapasan bantuan oksigen”,

Berapa lama beliau dirawat di Puskesmas Kajuara ?

“Dua hari ji kayaknya”,

Bagaimana dengan kabar pasien tersebut kabur dari perawatan tim medis Puskesmas Kajuara ?

“Begini itu kesalah pahaman saja, jadi sebenarnya beliau itu memang puskesmas kan mempersiapkan yang terbaik untuk pasienya melihat kondisinya pak desa itu sesak begitu yah kan bukan lagi rananya puskesmas dirujuk.Tapi pak desanya kan namanya manusia eh apa namanya ada rasa takut jadi tidak bersedia dirujuk. Bukan lari yah, kembali dirumahnya pulang”,

Tetapi bagaimana pasien pulang dengan tanpa sepengetahuan pihak rumah sakit ?,

“Nda ji karena mobilnya tonji nabawa pulang, pulang dengam mobilnya. Cuman ketika mau mi dirujuk pak desa sudah tidak ada lagi, tidak siap. Dia pulang, begitu”,

Informasinya pak desa minta waktu tiga hari sebelum dirujuk ke rumah sakit Dadi Makassar ?

“Artinya seandainya tidak membaik toh. Ternyata kemarin hari pertama saya pergi baik baik mi, bisa diisolasi dirumah saja. Jadi sekarang diisolasi dirumah saja bersama istrinya berdua, terus kebutuhanya disuplay dari keluarganya di sebelah”,

Jadi di Isolasi dua orang ?.

“Yah diisolasi dua orang”,

Bisa dipertegas hasil Rapid Tes nya kemarin ?.

“Reaktif, Jadi bukan positif Covid, bukan yah, hasil tes reaktif, jadi Swab belum ada, jadi kita belum bisa pastikan apakah yang bersangkutan positif Covid, karena swabnya baru diambil kemarin dan dikirim ke Makassar.

Itu berapa lama hasil tes swabnya akan keluar ?.

“Biasanya tiga sampai lima hari”,

Apakah ada pasien lainnya yang reaktif sama seperti pak desa selama ini di Kabupaten Bone ?.

“Yang positif kita masih tetap tujuh dari pemeriksaan rapid yang reaktif tidak ada praktis semua kontak yang ada dari kasus kita itu yang positif sudah langsung diswab dikirim kemakassar semua”,

Jadi pasien reaktif baru kali ini saja yah di Kabupaten Bone ?.

“Kan begini, itu reaktif apa semua bukan untuk menegakkan diagnosis, bukan. Itukan  untuk pelacakan sebenarnya jadi misalnya ketika kita ada pasien kasus begini, ketika dirapid tes reaktif, berarti perlu perawatan yang lebih dibandingkan non reaktif begitu. Tetapi bukan serta merta orang reatif langsung dibilang Covid Positif, tidak. Swab yang menentukan”,

Jadi apa status saat ini pak desa asal Kecamatan Kajuara ?

“Statusnya Pasien Dalam Pantauan (PDP), karena gejalanya sesak toh”,

Bagaimana dengan identitas pasien jika di buka ?.

“Janganmi ditulis namanya, yang jelas dia laki-laki dari Kajuaran Desa X …., Kita juga pertimbangkan faktor psikologinya toh, siapa tau setelah ini malah tertekan, yah karena mungkin juga itu pertimbanganya yang kita dapat (batarapos.com), kenapa dia tidak mau dirujuk, yah karena mungkin dia tidak mau agak susah toh. Jadi begini kalau kemakassar bagaimana mi”,

Sekarang pasien sudah diisolasi, lalu bagaimana dengan keluarganya ?

“Kan begini, Pak Desa ini keluarga besar ada beberapa rumahnya. Jadi dia tinggal dirumahnya yang satu terus keluarganya yang lain ditempat yang lain, berdua saja sama istrinya disitu. Sudah ada anaknya juga, sudah berkeluarga ada cucunya ada menantunya bahkan ada anaknya polisi saya liat itu yang mendukung mensuplay kebutuhannya”

Bagaimana dengan bantuan yang diberikan kepada pak desa tersebut ?

“Kalo petta desa tidak perluji dibantu, masih mampuji keluarganya, dia hanya perlu dibantu dukungan semangat. Orangnya dia gaul toh. Jadi kalau ditarungku (diisolasi) dilarang keluar -keluar, pasti pusing perasaanya”,

Bagaimana dengan aktifitas pak desa tersebut selama ini, beberapa hari sebelumnya, dilingkungannya ?.

“Na suka keluar, na bilang masyarakatnya disitu, bagaimana ini, nah tiap malam datang diposko Covid Desa maksudnya”,

Lalu bagaimana dengan riwayat aktivitas perjalanan selama ini ?

“Sebenarnya kalau kita mau cermati betul sesuai dengan data yang kita peroleh baik keluarga maupun pak desa sendiri itu tidak pernah kemana-mana dibeberapa waktu terakhir ini. Paling sebatas Sinjai saja, tapi walaupun begitu karena ada gejala tentu kita harus hati – hati, karena kadang kita tidak sadar pernaki, memang kita tidak pernah berjalan kemana-mana, tapi pernah ki ketemu orang covid atau gejala. Yah namanya juga kepala Desa bisa menemui siapa saja yah itu. Kalau riwayat perjalanan tidak ada. Dia hanya Sinjai saja dia bilang, sekitaran Sinjai saja”,

Tapi pak desa ini apakah pernah ke Kota Bone dalam waktu 14 hari sebelumnya ?.

“Oh kalo itu saya tidak tanyakan. Tapi biasanya itu kalau Pemerintah Desa itu wajarlah kalau bolak balik Konsultasi di Kabupaten.Tapi di Bone ini kan tidak masuk zona merah bukan transisi lokal. Beda kalau di Makassar. Yang kita ragukan ini jangan sampai dia pernah ke Makassar kah, pernah ke Gowa, pernah ke Maros. Sulawesi Selatan ini kan tiga Daerah itu yang …, Ternyata menurut keterangan baik keluarga, saya tanya semua anak-anaknya apa, memang dia hanya paling sampai Sinjai beli apa toh. Karena orang Kajuara itu kalau belanja tidak ke Kota Bone, dekat ke Sinjai karena dekat toh cuman beberapa kilo saja.

Hingga berita ini diturunkan, kasus ini menunggu hasil tes Swab hingga dua hari kedepan. (Zul/Yusri)

BERITA TERKAIT

TRENDING

JARINGAN SOSIAL

3,001FansSuka
263PengikutMengikuti
53PengikutMengikuti
3,190PelangganBerlangganan
error: Content is protected !!