Luwu Timur, batarapos.com – Yayasan Bumi Sawerigading (YBS) gelar Lokakarya Akhir Program dengan tema “Perencanaan Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Terpadu Danau Mahalona bekerjasama IUCN, Critical Ecosystem Partnership Fund dan Burung Indonesia, di Hotel lagaligo, Selasa (17/9/19).
Kegiatan ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Kepala Balai Besar KSDA Sul-Sel (Thomas Nifinluri), dan dihadiri oleh, Dinas Kelautan, pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Luwu Timur, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Luwu Timur, Dinas Kehutanan, Sekretariat Daerah Kabupaten Luwu Timur atau yang mewakili, Fakultas Perikanan UNANDA, Fakultas Ekonomi UNANDA, Fakultas Kehutanan UNANDA, FPKDM, LIPI, LSM Perkumpulan Wallacea Palopo, aparat Kecamatan Towuti, Kepala Desa Tole beserta Karang Taruna, BAPPEDA Kabupaten Luwu Timur serta para pegawaiBalai Besar KSDA Kabupaten Luwu Timur.
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan hasil dari berbagai program-program tentang perencenaan pengelolaan daerah terpadu danau Mahalona serta hasil – hasil yang telah dicapai, dan juga akan memberikan masukan kepada pihak pihak yang berkepentingan dalam perencanaan program yang terkait tentang upaya pelestarian danau Mahalona.
“Dua jenis ikan yang terancam punah di Danau Mahalona, ikan Buttini dengan ikan Opudi, ikan-ikan endemik ini merupakan kekayaan alam Danau Mahalona yang tidak ditemukan di daerah lain, sekarang ikan ini mengalami perubahan tubuh yang rata-rata kepalanya saja besar akibat kurang gizi, ikan Opudi sangat mahal dan sudah sangat dikenal di Negara lain, ikan-ikan ini harus kita jaga kelestariannya” Ucap Ernyanti Zain dalam Materinya.
Kompleks Danau Mahalona merupakan salah satu “biodiversity hotspot” yang perlu mendapat perhatian untuk keberlanjutannya, Biodivesity hotspot adalah suatu kawasan yang kaya akan biota endemik namun kelestariannya semakin terancam, Beberapa sumber ancaman datang dari berbagai faktor misalnya pencemaran asal darat (land based pollution) baik dari limbah pemukiman, industri, dan pertanian.
Sebagai wilayah yang masuk dalam kawasan lintasan Wallacea, Kompleks Danau Mahalona menjadi salah satu hotspot yang dipilih oleh Critical Ecosistem Partnership Fund (CEPF) untuk memberikan dukungan pada pelestarian ekosistem – ekosistem penting serta mempromosikan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Perencanaan pengelolaan ini sangat penting untuk dikembangkan sebagai pilot program yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan pemangku kepentingan, dalam hal ini pemerintah daerah dan pusat, secara khusus akan dilakukan untuk melibatkan sektor swasta maupun pihak lain yang berkepentingan di wilayah ini.
Perencanaan tersebut telah dikembangkan pada lokakarya pemangku kepentingan dengan memadukan informasi-informasi terbaru yang dikumpulkan mengenai status dan distribusi spesies air tawar Danau Mahalona berdasarkan IUCN Red List of Threatened SpeciesTM) kawasan yang diakui secara global sebagai Key Biodiversity Area (KBA), didefinisikan sebagai sebuah situs yang berkontribusi signifikan terhadap keberlanjutan keragaman hayati global dalam ekosistem darat, air tawar, dan laut kajian status sosial ekonomi masyarakat lokal Desa Tole sebagai daerah yang menjadi pusat penelitian. (Tim).