
Luwu Utara, batarapos.com – Logistik pangan penting dalam menyediakan pangan untuk keberlanjutan manusia di bumi.
Logistik pangan akan memastikan ketersediaan pangan tepat kuantitas, kualitas, pada saat yang tepat, dengan harga yang terjangkau.
Oleh karena itu, Katalis Kabupaten Luwu Utara menggelar Dialog Publik dengan tema “Menakar Sistem Logistik Pangan” Daerah Kabupaten Luwu Utara di Warkop Dg Azis Masamba, Rabu (22/12/2021).
Dialog yang dipandu oleh Mahatba Amal Alba ini dihadiri Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, Ketua DPRD Luwu Utara Drs. Basir, Wakil Ketua DPRD Luwu Utara, Karemuddin serta sejumlah pimpinan SKPD beserta staff.
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani dalam dialog ini menyebutkan bahwa dalam Menakar Sistem Logistik Pangan, yang harus dipahami sebelumnya adalah bagaimana kita menerapkan sistem untuk ketahanan pangan kita di daerah.
“Ada beberapa hal yang harus kita tuntaskan dulu sebelum berbicara jauh terkait masalah ketahanan pangan yakni sistem, karena itu tidak hanya melibatkan pemerintah saja, akan tetapi melibatkan kita semua yang ada di daerah,” ujar Indah.
Sementara itu, Karemuddin sebagai narasumber dalam dialog tersebut yang memaparkan pasar dan proteksi pasar mengatakan, bahwa ketahanan pangan di Luwu Utara tak perlu diragukan.
Menurutnya, Ketahanan pangan di Luwu Utara sampai kapanpun akan tahan, karena areal persawahan di Luwu Utara masih banyak dan luas. Masih banyak yang tidak tergarap dibanding yang sudah di garap.
“Namun yang perlu dikhawatirkan itu adalah produksi yang over produksi, dimana kemudian kita tidak punya pasar yang bagus, otomatis ini akan melahirkan keresahan tingkat tinggi petani karena mereka bingung harus menjual kemana,” ujarnya.
Seko Limbong Rongkong, Rampi dan Seko adalah penghasil pangan yang luar bias. Daerah kecamatan ini penghasil komoditi berupa beras unggulan bersertifikat nasional kelas premium, juga ada kopi dan sayur mayur.
Namun menurutnya, kalau tidak ada sistem yang mengatur pasar dan proteksi harga dari komoditi yang mereka hasilkan, maka pelan-pelan mereka tidak akan menanam padi jenis itu lagi, itu bisa jadi masalah kedepan.
“Mereka bisa tidak menanam dambo dan tarone lagi nantinya, karena harganya tidak terproteksi, pasarnya tidak ada dan mirisnya harganya anjlok, dan mirisnya anjlok karena ulah kita sendiri, dimana Perusda menjual harga beras itu dibawah daripada harga yang dijual ojek yang memuat beras itu, kan keliru namanya itu, padahal dambo dan tarone ini kelas premium, seharusnya dijual tinggi,” tandasnya.
Oleh karena itu, menurut dia sistem harus dibangun, pemerintahan ini adalah sistem, kita semua ini adalah bagian dari sistem. Dan sistem yang harus dibangun dulu adalah sistem pemasaran. Dan pemasaran terbaik adalah kita menciptakan pasar sendiri.
“Perlu diketahui, Luwu Utara ini adalah lumbung pangan, kita punya sawah masih bisa lebih luas daripada kabupaten lain, gunung kita masih luas untuk bercocok tanam, daratan masih luas, apalagi laut kita belum di apa-apakan,” tuturnya.
“Memang perlu ditingkatkan, dan semua itu merupakan kedaulatan dan ketahanan pangan yang perlu ada pasar dan proteksi harga dengan sistem yang kita bangun dengan baik dan terukur,” kuncinya.
Tim batarapos.com/Dedi