Penulis : Sarliana, Mahasiswi Jurusan Jurnalistik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Makassar, – Inisiatif kreatif untuk mengelola limbah minyak jelantah menjadi produk bernilai ekonomis terus berkembang. Salah satu contohnya adalah upaya yang dilakukan oleh Bank Sampah Pelita, yang berlokasi di Lorong Wisata Silves.
Dibawah kepemimpinan Rosmini, selaku Ketua RT sekaligus Direktur Bank Sampah Pelita, minyak jelantah yang sebelumnya dianggap limbah kini diolah menjadi sabun cuci yang diminati warga lokal dan pengunjung luar daerah.
“ Kami berinisiatif mengelola minyak bekas ini karena banyak ibu-ibu penjual gorengan yang membuang minyak jelantah ke saluran air. Selain merusak lingkungan, minyak ini sebenarnya bisa dimanfaatkan. Kami menampungnya, lalu mengolahnya menjadi sabun cuci,” ujar Rosmini.
Menurut Rosmini, proses pengolahan minyak jelantah menjadi sabun relatif sederhana. Bahan-bahannya meliputi minyak bekas, soda api untuk membersihkan minyak, serta pewangi. Minyak yang diterima tidak memiliki standar khusus, asalkan merupakan minyak jelantah. Satu liter minyak jelantah bisa menghasilkan hingga 40 batang sabun, tergantung ukuran cetaknnya.
“ Kami menggunakan alat timbang untuk memastikan takarannya tepat. Tantangan utama kami saat ini adalah belum adanya izin BPOM. Kalau sudah ada izin, kami bisa memproduksi dalam jumlah besar dan menjual ke pasar luar daerah dengan kemasan yang lebih baik,” tambah Rosmini.
Selama enam tahun terakhir, sabun cuci yang diolah dari minyak jelantah telah menarik perhatian pengunjung. Bahkan, beberapa tamu luar daerah membeli produk ini untuk dibawa pulang. Harga sabun bervariasi, mulai dari Rp5.000 tergantung ukurannya.
Sementara itu menurut Ismirawati salah satu warga lorong Wisata Silves mengungkapkan program ini juga memberikan dampak ekonomi positif bagi warga sekitar. Minyak jelantah yang disetor ke bank sampah dihargai Rp5.000 per kilogram. Selain itu, para warga sekitar juga dilibatkan dalam proses produksi sabun, mulai dari mencetak hingga pengemasan.
“ Warga bersyukur karena minyak bekas tidak lagi dibuang sembarangan. Sabun ini juga sangat efektif untuk cuci pakaian, terutama menghilangkan noda,” jelasnya.
Selain memanfaatkan minyak jelantah, Bank Sampah Pelita memiliki rencana jangka panjang untuk membangun rumah daur ulang dan memperluas pembuatan produk.
Aulia Rahman B, S.E., M.Si Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar menilai inisiatif ini sebagai langkah positif dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis komunitas.
“ Daur ulang minyak jelantah menjadi sabun adalah inovasi yang bernilai ekonomi. Limbah yang seharusnya dibuang kini memiliki nilai tambah. Selain menciptakan pendapatan bagi warga, inisiatif ini juga memberdayakan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Namun, ia menekankan pentingnya uji laboratorium untuk memastikan keamanan produk, terutama karena bahan bakunya berasalah dari limbah.
“ Jika sudah memenuhi standar kesehatan, usaha seperti ini memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi industri skala kecil yang berdampak pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan daerah melalui pajak,” tambahnya.
Rosmini berharap, dengan adanya dukungan dari pihak UMKM dan izin BPOM, produk sabun dari minyak jelantah ini dapat dipasarkan lebih luas.
“ Kami ingin usaha ini berkembang lebih besar, sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas, tidak hanya untuk lingkungan kami kami, tetapi juga bagi daerah lain,” ungkapnya.
Dengan keberlanjutan inovasi ini, Bank Sampah Pelita tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga inspirasi bagi komunitas lain untuk mengelola limbah menjadi produk bermanfaat.