Bone, batarapos.com – Amelia Justicia (19) rupanya baru menyadari bahwa sosok lelaki yang dianggapnya serius menjalani hubunganya itu justru mengecewakan dirinya begitu juga kedua orang tuanya.
Lamaran yang sempat dilakukan oleh pihak keluarga terduga pelaku sebelum pasangan sejoli ini dibawah kabur selama dua bulan hingga berujung tindakan pelaporan di kepolisian oleh Berlian Busman tak lain ibu kandung korban.
Dalam konfirmasinya kepada batarapos pada hari selasa 11 l mei 2021 dikediamanya Amelia Justicia menuturkan, awalnya. Ia hanya ingin mengasingkan diri ke rumah temanya lantaran pada saat itu merasa kecewa lamaran terduga pelaku belum dipenuhi oleh orang korban.
“Saya tidak mau (waktu itu) lari sama (terduga pelaku), saya hanya mau kerumahnya temanku di Bone. (Dan) Itu malam saya telefon teman saya Irsani dan Arman suruh jemputka, tapi (tiba-tiba) menelfon juga Eppe, pakai nomor (telefon) baru. Narayu teruska (dia) bilang sama maki pergi. Saya tanya (terduga pelaku) bilang tidak mauka pergi sama kamu. Kalau mubawaka pergi panjang itu nanti (masalah) tapi dia bilang mauji pergi dirumahnya temanya tau-taunya nabawaka kerumahnya di Uloe (Kabupaten Bone)”, tutur korban.
Bahkan Amelia Justicia mengaku sempat mencoba beberapa kali berupaya untuk kabur, namun terus digagalkan oleh terduga pelaku, bahkan Handphone miliknya disita, begitu juga nomor kontak keluarga korban dihapus. Bahkan selama pelarian korban pernah mendapat tindakan kekerasan secara fisik.
Selain dibawah kabur serta mendapat perlakuan tidak mengenakan, korban rupanya juga difitnah oleh terduga pelaku seperti dalam percakapan singkat menggunakan massenger yang diperlihatkan korban sebagai barang bukti misalnya.
Didalam sebuah isi percakapan massenger tersebut seolah Amelia Justicia yang membawa lari terduga pelaku dan mengancam akan bunuh diri jika keinginan korban tidak dipenuhinya.
“Baru saya najelakan (fitnah) sama teman-temanya (seolah) saya yang ajak kabur“, cetus korban.
Sementara itu teman dekat Amelia Justicia bernama Fitri (18) tidak menyangka teman sekolahnya semasa SMA tersebut bakal menjadi korban oleh seorang lelaki yang sama sekali tidak bertanggung jawab.
“Saya sangat kenal sekali sifatnya Puput (korban), saya kaget mendengar informasinya itu kemarin”, ujar Fitri saat menjenguk korban dikediamannya.
Begitu juga dikatakan Sry Wahyuningsi (18) dan Satriani (18) Warga Kecamatan Tanete Riattang ini juga tidak percaya atas musibah yang menimpa teman sekolahnya itu. Terlebih korban dimata para temanya memiliki pribadi yang sangat baik.
“Puput orangnya dewasa, baik, (bahkan) sering memberikan nasehat sama kita waktu masih sekolah dulu, banyak juga temanya puput (Korban) laki-laki waktu sekolah”, beber keduanya. (Yusri).