29 Maret 2024, 6:08 pm

30 Tahun Tinggal Dihutan, Janda Miskin di Bone Nafkahi Lima Orang Anak dan Kakek Sebatang Kara

Bone, batarapos.comĀ – Sudah sekitar 30 tahun lebih Suma (60) Warga Kabupaten Bone, Dusun Tone, Desa Batu Putih, Kecamatan Tellu Limpoe, provinsi Sulawesi Selatan bertahan hidup dibawah garis kemiskinan ditengah hutan.

Sejak suaminya (Almarhum Gaceng) meninggal dunia pada tahun 2016 lalu. Janda miskin ini tinggal bersama ke lima orang anaknya bernama Ardi, Unding, Ida, Fika dan Ayu. Adapun anak pertamanya bernama Semma rupanya sudah berkeluarga dan tinggal digubuknya sendiri tak jauh dari gubuk orang tuanya.

Ke lima Adik kandung Semma terpaksa harus putus sekolah begitu juga dialami kedua anak kandungnya lantaran faktor ekonomi yang tidak memadai ditambah jarak tempuh menuju sekolah terbilang cukup jauh dan ironisnya dua adik kandungnya buta huruf begitu juga dialami anaknya.

Selain faktor ekonomi yang tidak memadai, kondisi tempat tinggal keduanya sangat tidak layak huni. Seperti gubuk Suma misalnya yang hanya beratapkan anyaman bambu yang dibela menjadi dua bagian tersebut kerap kemasukan air.

Mau sekali pakai (atap) seng tapi tidak ada uang (untuk) membeli“, ucap Suma dengan lirih sedih.

Didalam gubuk kecil Suma yang berukuran sekitar 3×4 meter persegi itu, dihuni sedikitnya 7 orang, 1 diantaranya seorang kakek lansia bernama Nudding (80) hidup sebatang kara tanpa identitas kependudukan (E-KTP) yang merupakan kerabat Suma.

Sudah lama saya disini tinggal sekitar 30 tahun lebih. Orang tuaku dulu memang tinggal disini (ditengah hutan) bahkan sudah 7 kali bikin rumah gubuk Tidak tanah (tempat lahan) disana (dipemukiman warga)”, tambahnya lagi.

Selama tinggal didalam hutan, keluarga ini hanya bercocok tanam padi disebuah lereng gunung sekali dalam satu tahun dengan penghasilan 3 karung hasil panen gabah atau sekitar 1 juta rupiah dalam setahun jika dirupiakan.

Kadang 3 karung urea saja sekali musim (total penghasilan Rp. 500.000 setahun) ((dan)) itu (padi) untuk dimakan saja pak, tidak dijual“, bebernya.

Bahkan keluarga miskin ini kerap kehabisan stok pangan beras sebelum memasuki musim panen tiba. Namun untuk tetap bertahan hidup. Suma dan keluarganya terpaksa masuk kedalam hutan mencari tanaman jenis umbi gadung untuk dikonsumsi sebagai pengganti beras.

Kalau tidak ada (beras) bisa dimakan, itu lagi pergi diambil (Umbi Gadung) dimakan”, tambah Suma.

Rupanya keluarga miskin ini sempat mencicipi Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial (Kemensos ) sejak awal bergulir program tersebut, begitu juga bantuan lainya berupa program beras miskin (Raskin) selama sekitar 5 tahun. Namun seiring berjalan waktu, namanya hilang dari daftar sebagai Keluarga Penerima Manfaat sejak program ini beralih berupa Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Lima tahun ka menerima (bantuan) uang (PKH) dan beras (raskin) tidak ada pemberitahuan tiba-tiba saja tidak dipanggil menerima. Bukan rejeki“, beber Suma lagi.

Memasuki awal tahun 2020 atau sejak wabah pandemik Virus Corona (Covid19) melanda tanah air tidak terkecuali di wilayah Kabupaten Bone rupanya Nasib Janda 6 anak ini kembali terbantu melaui kucuran anggaran Dana Desa melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT Desa) yang dikelola oleh pemerintah Desa.

Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Desa Batu Putih, Kecamatan Tellu Limpoe (Tahir), dalam konfirmasinya kepada batarapos dikediamanya sabtu kemarin (12/6/2021). Dimana sejak awal tahun 2020 keluarga Suma diusulkan melalui musyawarah menjadi peserta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melaui program BLT Desa hingga saat ini.

Sudah dua tahun keluarga ini menjadi (peserta) penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT Desa)“, tutur Kades Batu Putih.

Kades bahkan mengetahui jika warganya tersebut sempat menjadi peserta Program Keluarga Harapan (PKH) dan penerima bantuan beras miskin (Raskin), namun ia tidak tahu persis perihal nama warganya itu bisa dihapus dari peserta penerima bantuan.

Rata-rata itu kan persyaratan untuk penerimaan peserta PKH mempunyai anak bersekolah, ibu hamil, menyusui (dan) persoalanya itu kan anaknya baru kelas IV SD sudah berhenti sekolah, kemudian meninggal juga suaminya. (Tapi) Kalau persoalan peserta PKH itu ada pendampingnya tersendiri kecuali ketika ada persoalan data administrasi kependudukan perlu pendampingan kita siap melayani“, jelas Kades Batu Putih.

Kades Batu Putih juga meluruskan perihal warganya bernama Nudding (80), lelaki sebatang kara yang tinggal bersama keluarga Suma selama ini tidak memiliki identitas kependudukan (Ektp) tersebut.

Selalu dipanggil (perekaman Ektp) tapi tidak pernah datang. Selama masuk diDesa Putih memang tidak pernah ambil E-KTP,” tutup Kades Batu Putih (Tahir).

Lantas bagaimana nasib kedepanya keluarga miskin ini setelah program Bantuan Langsung Tunai (BLT Desa) berakhir? Apakah keluarga ini masih bisa mencicipi program dari pemerintah lagi? (Yusri/Agustang).

BERITA TERKAIT

TRENDING

JARINGAN SOSIAL

3,001FansSuka
263PengikutMengikuti
53PengikutMengikuti
3,190PelangganBerlangganan